aku adalah langit di musim hujan, adalah tanah di musim kemarau
kepalaku matahari yang membakar dirinya sendiri
dan kaki-kakiku sepasang lereng yang curam
setiap yang datang mengunjungiku akan jatuh ke pangkuangku
kau adalah danau di musim dingin, adalah debu di musim semi
hatimu adalah samudera yang dalam dan senyap
dan kedua matamu sepasang ombak yang tinggi
setiap yang datang padamu akan tenggelam ke kedalaman rasa
seperti kemarin, aku-kau sepasang pedang yang ingin membunuh
dan kau selalu kalah, tapi aku yang membawa pulang luka-luka
aku langit di musim hujan dan kau danau di musim dingin
kaki-kakiku sepasang lereng yang curam dan kau jatuhkan hatimu yang senyap
seperti kemarin, kau kalah, aku pulang penuh luka
***
Labakkang, 30 April 2015
kepalaku matahari yang membakar dirinya sendiri
dan kaki-kakiku sepasang lereng yang curam
setiap yang datang mengunjungiku akan jatuh ke pangkuangku
kau adalah danau di musim dingin, adalah debu di musim semi
hatimu adalah samudera yang dalam dan senyap
dan kedua matamu sepasang ombak yang tinggi
setiap yang datang padamu akan tenggelam ke kedalaman rasa
seperti kemarin, aku-kau sepasang pedang yang ingin membunuh
dan kau selalu kalah, tapi aku yang membawa pulang luka-luka
aku langit di musim hujan dan kau danau di musim dingin
kaki-kakiku sepasang lereng yang curam dan kau jatuhkan hatimu yang senyap
seperti kemarin, kau kalah, aku pulang penuh luka
***
Labakkang, 30 April 2015
0 comments:
Post a Comment