Sunday, December 18, 2016

Pasar, tempat Kita Jatuh Cinta

Pasar, tempat paling romantis bagi penjual dan pembeli jatuh cinta. Mereka akan saling menggoda untuk dapat harga yang paling pas di hati. Jika sepakat, mereka akan senyum bahagia sepanjang hari.

Tadi pagi, saya sempat mengelilingi pasar baru di kampungku. Bangunannya wah dan wow, keren. Seribu kali lipat dari kondisi pasar sebelumnya. Reok, usang dan sedikit kumuh.

Bentuk bangunan terbarukan dan model yang unik, tentu upaya untuk memodernisasi wajah pasar tradisional sebelumnya. Tapi, tetap saja sifat-sifat jadul penjual dan pembeli masih terbawa.

Meski area parkir di pasang batako dan cukup luas, tetap saja ada beberapa kendaran pengunjung terparkir di tepi jalan di luar area pasar. Mereka memilih memarkir kendaraan di luar hanya karena enggan membayar sewa parkir Rp. 1000. Sifat ini dibilang "Labburekeng", perhitungan sekali.

Bagian depan lebih lucu lagi. Ada 2-3 kios sengaja menutup koridor untuk memperluas area jualannya. Padahal, koridor ini untuk memanjakan pembeli atau penjual yang berlalu-lalang. Sifat ini disebut Mangoa, serakah level 1. Kalau level 2 itu gila jabatan. Eh.

Di bagian dalam, masih terlihat petak-petak lapak yang kosong. Entah pemiliknya tidak datang atau mungkin belum lulus lelang. Namun, ada beberapa penjual malah menggelar lapak di area taman, yang berbatu dan berkerikil. Entah modalnya hanya bisa membayar area itu atau memang sifat penjual yang tak kuasa melihat tanah kosong dan murah. ini kategori "Magano". Yang kalau mereka ditanya, Kenapa? Jawabnya pasrah, "Magani' pae".

Pasar, tempat paling romantis untuk jatuh cinta, semodern apapun modelnya, 'cinta' itu masih bisa ditawar-tawar. Pamit, tamat.
*

Somewhere, 18 Desember 2016.
Share:

0 comments:

Post a Comment