Friday, January 13, 2017

Puisi, Buku Diary Laki-Laki

“Puisi adalah ladang subur nan ajaib. Jika kau menanam kata, pembaca menuai ragam rasa” 

Sejak tahun 2011, Saya rutin menerbitkan puisi ke laman facebook. Meski sudah dapat dipastikan, hampir semua adalah puisi kegalauan, kegamangan cinta, lebay dan alay. Saya mulai menulis puisi sejak duduk di bangku kelas tiga SMP. Puisi pertama saya berjudul “Angin”. Tapi sayang, teksnya sudah raib bersama waktu yang berlalu. Ea.

Kala itu, guru bahasa Indonesia saya memang senang mengajak muridnya untuk menulis. Malah, Kami diwajibkan memiliki buku diary. Diary ini rutin diperiksa setiap mata pelajaran bahasa. Bisa kalian bayangkan betapa manisnya kami, bocah laki-laki membawa buku diary bermotif bunga dan hati. Tentu saja, tak ada diary bergambar sepakbola waktu itu. Jika diingat-ingat, ini sangat menjijikkan. Bahkan, Saya hampir membeli buku diary lengkap dengan kunci berbentuk hati. Sungguh, betapa polosnya Saya.

Saya tipikal pendiam. Dan beberapa orang pendiam seperti saya takkan suka membagi urusan hati kepada siapapun secara verbal. Kebanyakan dari kami lebih suka menulisnya lalu membiarkannya terbaca. Bagi saya sendiri, puisi adalah buku diary bagi laki-laki. Semua yang Saya tulis, harapannya, mampu mengunci hati banyak orang. Minimal, hati kamu. Weh.
***
Somewhere I belonged, 13 Januari 2017


Share:

0 comments:

Post a Comment